About

Categories

Followers

Archive for October 2011

Syair-syair Nasyid Perjuangan

Brikut adalah syair-syair nasyid perjuanga
Syairi-syair Nsyid Perjuangan
 
Merah Saga
Saat langit berwarna merah saga
Dan kerikil perkasa berlainan
Meluncur laksana puluhan peluru
Terbang bersama teriakan takbir
Semua menjadi saksi
Atas langkah keberanianmu
Kita juga menjadi saksi
Atas keteguhanmu
Ketika yahudi-yahudi membantaimu
Merah berkesimbah di tanah airmu
Mewangi harum genangan darahmu
Membebaskan bumi jihad Palestina
Perjuangan telah kau bayar dengan jiwa
Syahid dalam cinta-Nya…

Kisah palestina
Palestina negri yang tercinta
tempat suci ummat Islam kiblat yang pertama
Palestina kini terluka tertindas oleh yahudi durjana
Palestina tanah jihad kita
berjuanglah kobarkan perlawanan

Intifadhah… Intifadhah…
Hancurkan segala kezaliman
Tumbangkan tirani angkara murka
Hentakkan kakimu… ayo jangan ragu….

Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar…

Majulah serentak hai mujahid setia
Bebaskan palestina dari taring penjajah
Binasakan…lantakkan….
Yahudi Laknatullah


Palestina tercinta
Untukmu jiwa-jiwa kami
Untukmu darah kami
Untukmu jiwa dan darah kami
Wahai Al-Aqsa tercinta
Kami akan berjuang
Demi kebangkitan islam
Kami real berkorban
Demi islam yang mulia
Untukmu palestina tercinta
Kami penuhi panggilanmu
Untukmu Al-Aqsa yang mulia
Kami kan terus bersamamu
Ya Rabbi izinkanlah kami berjihad di Palestina-Mu
Ya Allah masukkanlah kami tercatat sebagai syuhada-Mu
Tercatat sebagai Syuhada-Mu

Team Nasyid Acapella

Nasyid Acapella adalah nasyid yang menggunakan instrumen musiknya menggunakan mulut diantaranya adalah team nasyid : justice Voice, grup nasyid Acapella (yang kadang semi-acapella) asalnya dari Jakarta. Nasyidnya keren, segmennya lebih ke anak muda. *emang yang tua gimana?
Ini link beberapa nasyid paling populer dari JV.
Justice Voice-Abege (Credit: indra.javaman@4shared)
Justice Voice-Rumus Canggih (Credit: Akbar Rahmatsyah@4shared)

team nasyid "AWAN"Berdiri pada 04 Februari 2007, tim nasyid yang mengambil jalur genre jit prestasinya setinggi nama yang mereka sandang. Awan juga aktif menciptakan lagu-lagu sendiri. Konsep bernasyid AWAN adalah entertaining nasyid dengan kekuatan perkusi dan acapella berformat band. AWAN saat ini digawangi oleh 5 personil dengan karakteristik uniknya masing-masing. Mereka adalah: Didik Husada (Choir 1) Hari Nugraha (Choir 2) Hendro Puspito Aji (Bass) Rizki Novandi (Vokal), dan Tedy Zulqirofik (Perkusi)

Sejarah Nasyid

Seni Islam nasyid sudah sejak pertengahan tahun 80-an masuk ke Indonesia. Meskipun masa itu merupakan hiburan yang baru dan hanya berkembang di sekolah tinggi dan universitas, namun nasyid menjadi ikon bagi para intelektual dan perlahan berkembang ke luar kampus.


Musik Kolak
Bukan hal baru lagi kalau nasyid mendapat julukan musik ‘kolakan’, musik ramadhan, karena memang munculnya nasyid sampai saat ini identik dengan bulan puasa. Sedangkan bulan-bulan lain nasyid sangat jarang terdengar. Menjelang ramadhan barulah khalayak bisa menyaksikan festival nasyid, lomba nasyid, parade nasyid dan kegiatan yang sejenisnya, padahal di bulan-bulan lain hampir tidak ada acara semacam ini. Biasanya segenap gegap gempita nasyid akan hilang begitu memasuki bulan syawal. Nasyid sampai saat ini baru berhasil menunjukkan eksistensinya ‘hanya’ di bulan ramadhan atau paling maksimal pada hari besar keagamaan islam saja. Di satu sisi ini memang menguntungkan karena mudah mengidentikkan mana yang jenis musiknya nasyid mana yang bukan. Namun demikian banyak hal-hal kurang menguntungkan yang terpaksa harus dialami oleh tim nasyid: sebutan musik kolak, identik dengan hanya pantas untuk segmen khusus, musik pinggiran dan lain sebagainya.

Eksistensi tim nasyid juga mendapatkan tantangan yang berat justru dari dalam tim nasyid sendiri. Masalah pemahaman tim-tim nasyid yang tidak sama, tidak memiliki visi yang jelas, jargon ‘nasyid buat dakwah’ yang baru berupa retorika sampai kepada persoalan bagaimana sebuah tim nasyid menghadapi ‘fans’ yang terus mengidolakan sehingga sering membuat mereka lupa daratan, lupa tujuan bernasyidnya.

Sementara di sisi lain, ada kenyataan dimana pemusik umum diluar nasyid juga melantunkan syair-syair islam, khususnya di bulan ramadhan, sehingga membuat komunitas nasyid kepincut dan memindahkan perhatiannya kepada grup yang melantunkan syair islam tersebut. Semakin banyaknya grup-grup band yang memanfaatkan ramadhan sebagai ajang mendapatkan keuntungan besar dengan berpindah dari kebiasaan berjingkrak di panggung ke penampilan yang sopan dan syair-syair yang menawan. Pengaruh ini ditambah lagi dengan ‘kurang pede’nya komunitas nasyid untuk menampilkan jati dirinya. Para fans nasyid cenderung pasif dan tidak memberikan dukungan yang lebih kongkrit bagi tim-tim nasyid yang dengan susah payah ingin keluar dari lingkungan indie (under ground) menuju major. Komunitas penikmat nasyid menjadi komunitas yang tidak berdaya untuk mengangkat citra tim-tim nasyid ke permukaan sehingga lebih dikenal masyarakat luas

Faktor Penghambat
Mengamati perkembangan saat ini, khususnya di Indonesia, nasyid sebenarnya mengalami peningkatan animo yang cukup bagus. Di tingkat bawah, sekolah-sekolah menengah bahkan sekolah dasar nasyid tetap masih sangat diminati. Sekolah Islam terpadu bahkan sekolah dasar umum rata-rata paling tidak memiliki satu grup nasyid, apalagi di kota-kota besar, gejala ini sangat kentara. Ada lebih kurang 1500 tim nasyid di seluruh Indonesia. Namun demikian sangat sedikit sekali yang berhasil menjejakkan kakinya di tingkat nasional, padahal di Indonesia ragam nasyid cukup variatif mulai dari jenis perjuangan, fashion, langgam sampai puji-pujian tidak seperti negeri jiran malaysia dan singapura yang hanya memiliki satu jenis nasyid yaitu langgam melayu. Ada beberapa faktor mengapa nasyid masih berjalan di bawah bayang-bayang, tidak muncul ke permukaan:
Pertama, kemampuan bernasyid dari tim-tim nasyid yang masih sangat rendah. Tim nasyid lebih dibekali oleh semangat belaka tanpa latar belakang pemahaman bermusik yang memadai. Akibatnya hanya sedikit sekali tim nasyid yang laik tampil dan laik tayang. Sisanya terpaksa harus hanya manggung dari RW ke RW.
Kedua, banyak tim nasyid yang tidak memahami definisi nasyid sehingga mereka hanya ikut-ikutan, tidak memiliki konsep yang jelas bagaimana karakter nasyid dan mau diapakan konsep tadi. Nasyid bukan sekedar seni islam, tapi ia adalah senandung yang menggerakkan orang yang melantunkannya dan orang yang mendengarnya. Nasyid bukan hanya sekedar bagaimana membawakannya namun lebih dari itu ia adalah bagaimana mengamalkan apa yang ada di dalam setiap bait syair yang dibawakan. Nasyid sejatinya adalah mengajak orang untuk berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan, seperti halnya seorang da’i yang berceramah, ceramah itu akan jauh lebih bermakna apabila sang da’i adalah orang pertama yang menjalankan setiap perkataan yang disampaikannya dan mencontohkan semua teladan yang diucapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari titik ini maka memaknai nasyid semestinya harus sejalan dengan memaknai islam. Seorang munsyid (pelantun nasyid) semestinya adalah da’i dalam bentuk yang berbeda, apalagi sebuah tim nasyid, mereka adalah para da’i yang berkolaborasi untuk mengajak pemirsanya mengenal islam lebih baik lagi.
Ketiga, pemahaman yang kurang memadai dari kebanyakan tim nasyid dalam menampilkan nasyid itu di tengah-tengah masyarakat. Hal ini menyebabkan nasyid tidak tepat sasaran. Sebagai seni islam, nasyid bukan hanya layak dibawakan dalam suasana, kondisi dan situasi yang umum saja, bahkan nasyid sebenarnya adalah senandung yang berlaku di semua kesempatan umum dan khusus, yang ketika menampilkannya harus mengacu kepada etika islam dalam pergaulan, etika islam dalam berpakaian dan etika islam dalam berekspresi. Karena itu tidak mungkin sebuah tim nasyid membawakan nasyidnya dalam perhelatan yang dalamnya mencampuradukkan yang haq dan yang batil, audience yang sedang mabuk, bercampur antara pria dan wanita atau bahkan dalam pakaian dan ekspresi yang tidak islami.
Keempat, Manajemen tim nasyid yang memang belum memadai untuk membawa timnya ke tengah masyarakat, terutama industri media dan rekaman sehingga kebanyakan tim nasyid baru berhasil menampilkan identitasnya di lingkungan yang jauh dari industri media dan rekaman.
Kelima, komunitas nasyid cenderung tidak ekspresif dan asertif. Komunitas nasyid sering merasa cukup puas apabila tim nasyid kesukaannya bisa tampil di panggung. Mereka kurang mencoba untuk mendorong tim-tim nasyid masuk kedalam acara-acara di stasiun teve, baik lewat surat yang dilayangkan ke stasiun teve tertentu, atau memberi informasi kepada manajemen tim nasyid agar mereka bisa mendapatkan akses menembus stasiun teve nasional. Belajar dari komunitas dangdut misalnya, mereka berhasil menggabungkan seluruh elemen dalam industri musik dangdut: penyanyinya, manajemennya, fans, produser, distributor, event organizer, bahkan masyarakat penggemar dangdut untuk saling bahu membahu meningkatkan citra musik ini, sehingga sampai hari ini dangdut bisa diterima di tengah-tengah masyarakat, eksis berkiprah dan didukung oleh jutaan pemirsa stasiun teve dan media lainnya dari semua level strata ekonomi.

Akhirnya
Komunitas nasyid di Indonesia perlu belajar dari malaysia, yang sampai hari ini telah berhasil mengangkat martabat nasyid sehingga menjadi genre musik sendiri, mendapatkan penghargaan yang sama dengan musik umum dan memberikan pengaruh yang besar dalam industri musik malaysia. Untuk itu dibutuhkan perhatian yang cukup besar dari komunitas nasyid baik tim nasyid, fans nasyid, penggiat nasyid dan komponen nasyid lainnya agar nasyid bisa muncul ke permukaan, bisa diterima lebih luas lagi dan bukan hanya menjadi musik bulan puasa. Perlu sebuah gerakan bernasyid bersama masyarakat luas sehingga nasyid menjadi suguhan setiap hari, setiap saat. Beragam festival, lomba dan parade nasyid harus sering dilakukan agar tim-tim nasyid mendapatkan pengalaman naik panggung disamping juga sebagai sarana sosialisasi nasyid. Perlu pelatihan terpadu bagi tim-tim nasyid pemula agar segera meningkat kemampuannya Dan pada akhirnya perlu dilakukan penyeragaman pemahaman akan hakekat bernasyid sehingga akan tumbuh sebuah generasi nasyid yang dilengkapi dengan pemahaman yang benar tentang nasyid dan berkemampuan baik untuk ditampilkan di tengah masyarakat.          Sumber :

Nasyid Funky tapi Syar'i

Justice Voice merupakan kelompok Nasyid yang berasal dari Yogyakarta Justice Voice ini merupakan sebuah musik yang lebih mengarah ke arah musik nasyid. Hal ini tidak terlepas dari misi kelompok musik ini yang menginginkan sebuah bentuk perubahan, di mana musik nasyid dapat membumi dan dapat dipahami sebagai unsur musik serta hiburan yang cocok bagi setiap kalangan, tanpa melepaskan religiusitas dari sejarah, terutama Islam,
Slogan yang digunakan Justice Voice sendiri, menurut Faris salah seorang personilnya , yakni funky. "Kita memakai slogan funky tapi syar'i, di mana funky yang diusung adalah smart, aktif, tidak kaku, out of the box, berwawasan, gaya, tapi tidak keluar dari batas-batas syar'i," tegasnya.
Faris juga menegaskan bahwa nama Justice Voice ini dipilih tidak terlepas dari Al-Quran sendiri.
"Justice Voice adalah kata yang cukup banyak muncul di Al-Quran. Dengan hal ini Justice Voice dapat mengingatkan dakwah serta menyampaikan ajaran Islam. Ini merupakan misi utama kami," tandasnya.
Justice Voice sendiri saat ini memakai lambang dari aksara Mandarin, berupa huruf 'shuei' yang artinya air.
"Air kita tahu sendiri sangat memiliki manfaat, jadi Justice Voice hadir selain menjalankan dakwah melalui lagu, kita ingin musik nasyid memiliki sebuah manfaat bagi setiap umat," ujarnya.
Justice Voice, menurut Faris, dibentuk pada bulan Desember 1998 dengan menghadirkan sebanyak lima album label indie dan album keenam telah mendapat lisensi resmi dari label musik yang tidak akan lama beredar di masyarakat.
Dalam perjalanannya, Justice Voice telah delapan kali mengganti personel dan untuk posisi saat ini digawangi oleh Fatah (vocal), Eko Priyanto (vocal 2), Fely HilmanAsep Sudirman (lead vocal), Faris (lead vocal) dan Wahyu (additional voice). Ni dia Nasyid terbaru dari mereka... Jangan Mepet-mepet.     

Nasyid Terpopuler Pada Tahun Ini

Nama Maher Zain semakin bersinar. Di beberapa belahan dunia, namanya menjadi populer hanya dalam waktu satu tahun.
Penggemarnya pun beragam, mulai dari remaja sampai orang tua, dari perempuan hingga laki-laki. Dalam pekan ini, penggemar Maher di Indonesia punya kesempatan untuk menyaksikan konser bintang asal Swedia tersebut di tiga kota; Bandung (6/10), Surabaya (8/10) dan teerakhir di Jakarta (9/10).
Maher terkenal karena karya-karyanya yang sarat dengan makna hidup. Sebut saja salah satu tembangnya, ‘Insha Allah’, yang menyampikan pesan kepada para pendengarnya agar jangan pernah berputus asa dalam hidup.
Lagu Maher yang lain, ‘Thank You Allah’, merupakan ungkapan syukur dia kepada Ilahi. “Aku sungguh bangga melihat kebenaran,” begitu salah satu isi liriknya.
Di Bandung, Rabu (5/10) malam lalu, Maher bercerita kepada para wartawan tentang konsep Islami dalam karya-karyanya. Dia ingin membuktikan kepada dunia bahwa Islam itu agama yang penuh dengan kedamaian.
Di dunia, terutama di Amerika Serikat, katanya, umat Muslim menghadapi ujian yang berat. “Islam dicap sebagai agama yang penuh kekerasan. Dengan musik, saya ingin menunjukkan kalau Islam itu sungguh indah,” ujarnya.
Dia ingin menunjukkan kalau Islam itu mencintai seni dan dapat diterima di seluruh belahan dunia. Salah satu caranya adalah dengan mengadaptasikan karya-karyanya ke dalam berbagai Bahasa di dunia. Mulai dari Bahasa Inggris, Turki, Arab, Indonesia, bahkan negara yang penduduk Muslimnya menjadi minoritas seperti India. ‘Allah Hi Allah Kiya Karo’ merupakan lagunya yang berbahasa India.
Menurut Maher, Islam bukan sebatas membaca Alquran atau ibadah-ibadah makhdhah saja. Islam itu selalu ada di tiap aspek dalam kehidupan. “Islam itu cara hidup, mulai dari makan, minum, tidur,dan lain-lain,” paparnya.
Maher telah belajar musik sejak umur sepuluh tahun. Tak hanya bakat musik yang dimilikinya. Intelektualitas yang dimiliki seorang Maher Zain telah menjadikan dia seorang sarjana di bidang Teknik Aeronautik. Namun, dia lebih memilih musik sebagai karir.
Bagi dia, musik bukan lagi sebagai hobi, melainkan sudah menjadi bagian dari hidupnya. “Meskipun belajar sesuatu di Universitas, tidak tertutup kemungkinan bagi kita untuk menekuni hal yang lain,” imbuhnya.
Meskipun telah menjadi bintang kelas dunia, tak lantas membuat Maher sombong. Hal itu terbukti saat pelantun ‘Insha Allah’ itu sedang mengadakan latihan di Eldorado, sebuah kawasan rekreasi di Bandung, Rabu (5/10) lalu. Latihan tersebut merupakan bagian dari persiapan “Konser Silaturrahim Maher Zain” yang akan digelar keesokan harinya di Kota Kembang itu.
Seorang ibu, yang ikut menyaksikan latihan itu, meminta wartawan untuk mengambil gambar dirinya di dekat Maher berdiri. Waktu itu, Maher tampak sedang berbicara dengan salah satu krunya.
“Bu, jangan begitu, nanti dia nggak nyaman!” tegur salah seorang satpam Eldorado.
Namun, reaksi Maher ternyata di luar dugaan. “Do you want to take a picture?” tanya Maher pada perempuan itu.
“Oh, yes. I’m sorry for bothering you,” ujar si ibu sedikit merasa bersalah.
Maher pun menghentikan pembicaraannya dengan krunya tadi, lalu melangkah menuju wanita berjilbab itu dan berdiri di sampingnya. Alhasil, si ibu mendapatkan lebih dari yang dia inginkan, foto berdua dengan Maher Zain![republika.co.id/m.irvan]      Sumber :

Team Nasyid Hijjaz

setelah sedikit search di myquran, saya blom banyak menemukan tentang sejarah berdirinya team nasyid baik untuk team nasyid dari dalam negeri mau pun dari luar negeri.. yang pertama saya bedah adalah hijjaz

hijjaz

team nasyid Hijjaz merupakan kumpulan musyid Malaysia yang menyampaikan / memberikan senandung berirama nasyid kontemporeri.team nasyid ini adalah satu pelopor dakwah lewat kesenian lagu,dan sekarang team nasyid ini  Dianggotai oleh 4 orang .
  •  
       1. (Isman) Isman Nadim bin Isam @ Manis Helma / Manis Alia
       2. (Munif) Munif Ahmad @ Putra Aiman
       3. (Faizal) Mohd Faizal bin Osman @ Abai Os
       4. (Ariffin) Muhammad Ariffin b. Ahmad Rahim - anggota baru
       5. (Salleh) Salleh bin Ramli - Meninggal dunia pada 15 Februari 2001



terbentuknya

Hijjaz terbentuk menjadi sebuah team nasyid pada  1 Ramadhan 1417 bersamaan 10 January 1997. Sebelum terbentuk Hijjaz, mereka pernah menganggotai team nasyid Nada Murni lebih 10 tahun.Idea untuk menubuhkan Hijjaz bermula dengan kemunculan Raihan yang kita ketahui mendapat sambutan yang menggalakkan khususnya di Malaysia. Sebelum mereka disatukan di dalam Hijjaz,apabila Raihan mendapat sambutan hangat dan kebetulan oleh kerana mereka memang bersahabat baik dengan Raihan mereka mengajak kami untuk sama-sama membantu atau memeriahkan lagi dunia ini dengan kalimah Allah yang suci.

             Bertolak dari sinilah dengan niat untuk melihat remaja atau adik-adik  menjadi generasi yang berakhlak dan bermoral, berbekal dengan bakat dan minat yang mendalam kami menubuhkan Hijjaz bermula dengan saudara Munif sebagai vocal utama mengumpulkan kawan-kawan lama yang sama-sama pernah menganggotai Nada Murni bercita-cita untuk meneruskan sumbangan dakwah melalui bidang hiburan yang termampu oleh hijjaz.

Anugerah yang diterima

   
  • Lagu Nasyid Pilihan Anugerah Era - Sumayyah
        Cahaya Ilahi
        Anugerah Gold dan Platinum jualan melebihi 90,000 unit
        Keizinan-Mu
        Anugerah Platinum jualan melebihi 50,000 unit
        Pelita Hidup
        Anugerah Platinum jualan melebihi 50,000 unit
        Rindu
        Anugerah Gold Jualan melebihi 30,000 unit dalam masa 4 bulan                    Sumber :                                         

Nasyid di Benua EROPA

Beragam jenis genre musik bernuansa Islami di Indonesia sudah biasa terdengar di telinga kita. Sebagian besar pemusik menggunakan genre musik pop atau melayu untuk mewarnai lirik-lirik bernuansa Islami.
Berbeda dengan salah satu grup nasyid asal Amerika Serikat ini, Native Deen. Digawangi oleh tiga anak muda Afrika-Amerika yakni, Abdul Malik, Naeem Muhammad, dan Joshua Salaam. Mereka memadukan lirik-lirik Islami dengan sentuhan hip-hop yang kental.
Native Deen terbentuk pada tahun 2000 dan memulai karir profesional di industri musik dengan mengemban misi untuk mengubah paradigma tentang muslim di Amerika Serikat sebagai agama yang cinta damai.
Nama Native Deen sudah terdengar di Eropa, Timur Tengah bahkan sampai ke benua Asia. Hits andalan mereka adalah, 'Not Afraid To Stand Alone', 'M.U.S.L.I.M' dan musik bertema Ramadhan yang diberi judul 'Ramadhan Is Here'.

Nasyid dan Perkembangannya

Nasyid dan Perkembangannya
Kamis, 19 Syafar 1431 H / 04 Februari 2010
Dalam kehidupan manusia, bersyair dan berlagu telah ada jauh sebelum agama Islam yang dibawa oleh Baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam diturunkan. Itulah sebabnya mengapa pada setiap suku bangsa di dunia didapati berbagai macam jenis lagu atau nyanyian. Dan, jenis-jenis lagu tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik dari bentuk yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan berkembang ke aspek lain dalam kehidupan. Ada jenis lagu yang disebut ‘nyanyian pengantar tidur’ (Lullaby), hymne, senandung, mars, lagu gembira seperti; Pesso Dabla di Spanyol, Joget di tanah Melayu, Samba di Amerika Latin, Chalte di India dan lain-lain.
Seiring dengan turun dan berkembangnya Islam, bertambah pulalah satu jenis nyanyian yang mengisi kekayaan khazanah Islamiyah. Bermula dari masa hayatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana Baginda tidak melarang syair-syair yang berkembang pada diri para Sahabat, sebagai kelanjutan dari zaman pra Islam. Hanya saja dengan datangnya Islam, isi syair dan lagu berubah ke arah yang positif, tidak lagi memuja-muja syahwat dan kemusyrikan.
Satu syair dan nyanyian yang dapat dikatakan sebagai lagu tertua dalam Islam adalah Thala’al Badru ‘Alaina yang dinyanyikan secara beramai-ramai oleh masyarakat Madinah, diiringi alunan suara rebana yang dipukul secara bersama-sama pula menyambut datangnya Rasul berhijrah dari Makkah ke Madinah. Masa itu kini telah berlalu selama 1430 tahun lamanya.
Inilah titik awal dari berkembangnya syair dan lagu Islami, satu hal yang terkadang dinafikan keberadaannya oleh segelintir kelompok kaum muslimin yang menolak adanya budaya bernyanyi dan bersyair dalam Islam.
Seiring dengan meluasnya daerah berpenduduk Islam, meluas pulalah pengaruh nyanyian Islami sebagai sebuah budaya dalam kehidupan kaum muslimin. Pada masa Dinasti Turki menguasai dunia, berkembang satu irama yang disebut Zapin. Paduan antara irama Turki Arabia dan Spanyol ini berkembang dan melebar dari belahan dunia Barat sampai ke belahan Timur di negeri-negeri Asia Tenggara.
Di negeri Thailand, Malaysia, Singapura, Sumatera dan Brunai, nama jenis irama ini tetap tidak berubah. Masyarakat mengenalnya dengan nama aslinya Zapin. Di Maluku dan Filipina irama ini dikenal dengan nama dhana-dhana. Namun, yang perlu dicatat bahwa isi syairnya tidak keluar dari perkara-perkara yang mubah diperbincangkan, tidak menggambarkan syahwat atau kemusyrikan. Beberapa contoh lagu dan syair berirama Zapin yang sempat terkenal di negeri Nusantara adalah: Lancang Kuning, Laksamana Hang Tuah, Laksamana Raja di Laut, Bunga Melur dan lain-lain. Di samping zapin ini masih ada juga jenis irama dan lagu yang Islami, dan dimainkan tanpa alat musik yang bernada seperti; hadhrah,marawis dan lain-lain.
Adapun Nasyid yang kini populer dan dikenal di Asia Tenggara sebenarnya bukan jenis lagu baru dalam Islam. Esensi dari isi syair dan jenis irama dari Nasyid sebenarnya telah ada sejak masa awal Islam. Hanya saja nama Nasyid itu sendiri belum dikenal. Namun sejak awal kemerdekaan, jenis lagu tersebut sebenarnya sudah dinyanyikan di segenap belahan bumi nusantara dengan nama yang berbeda-beda.
Di Jakarta, masyarakat Betawi mengenalnya dengan Orkes Gambus, sementara di Sumatera Utara disebut dengan Irama Padang Pasir, dan di Jawa disebut Qasidahan. Meskipun beberapa alat pengiringnya menggunakan alat yang bernada seperti; Biola, ‘Od, Ganun dan Accordion, yang hukumnya masih ikhtilaf di sisi para ulama. Sehingga ada yang mendukung dan ada yang menentang.   
Pada pertengahan tahun 60-an di Sumatera Utara, seorang juara Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Internasional di Malaysia yang bernama Hj. Nur Aisyah Djamil, pertama sekali membentuk group qasidah dan menyanyikan lagu-lagu yang syairnya disebut sebagai syair Islami. Group Qasidah ini diberi nama Nasyid, diambil dari singkatan nama sang pemimpinnya yaitu “Nur Aisyah Djamil”. Di sinilah awal dikenalnya nama Nasyid di Indonesia. Alat pengiring yang dipakai semuanya tidak ada yang bernada, hanya terdiri dari gendang berbagai jenis dan rebana saja.
Meskipun demikian, ada juga sebahagian orang yang berpendapat bahwa kata Nasyid tersebut berasal dari kata “Nasyd, yang berarti “Hymne.
Pada tahun 80-an di Jakarta ada Group Qasidah yang cukup populer dan selalu tampil di layar televisi memakai nama group mereka dengan nama Nasyidaria. Hanya saja alat pengiringnya memakai alat-alat modern yang bernada seperti; gitar, organ dan lain-lain.
Pada awal tahun 90-an, Jama’ah Al-Arqam mengetengahkan lagu-lagu Nasyid, yang sebagian memakai alat pengiring tanpa nada. Bahkan, sebagian lagi dinyanyikan tanpa alat pengiring sama sekali. Gebrakan Al-Arqam ini sempat membahana di negeri-negeri Asia Tenggara. Beberapa lagu mereka yang populer adalah Asmaul Husna, Sunnahnya Orang Berjuang, Di Pondok Kecil dan lain-lain. Group mereka yang paling populer disebut Group Nada Murni.
Kini, di tahun 2000-an lagu-lagu Nasyid kembali membahana. Ada beberapa kemajuan yang mewarnai budaya Nasyid ini. Yang paling menonjol adalah semakin dekatnya mereka pada syariat Islam. Para penyanyi yang muncul didominasi oleh kaum pria, berbeda dengan sebelumnya yang lebih didominasi oleh kaum wanita. Dan, kalau dahulu alat musik yang dipakai masih beragam, kini yang muncul adalah alat musik tanpa nada. Bahkan, tehnik acapella pun mulai muncul dan digarap dengan apik.
Derasnya lagu-lagu yang bersyair “porno” dan ‘percintaan bebas’ yang menabrak budaya serta moral agama menyebabkan Nasyid kini berkembang dan mendapat tempat tersendiri di hati kaum muslimin. Aa Gym misalnya, telah mengarang sebuah lagu yang berjudul “Jagalah Hati” dan sempat ‘membelah angkasa’ bumi pertiwi sampai ke negara tetangga. Agaknya sikap pemerintah yang kurang tanggap terhadap lagu-lagu yang “tidak bermoral” menyebabkan mengentalnya perlawanan kaum muslimin untuk membendung usaha perusakan moral lewat lagu tersebut.
Wallahu a’lam bishshowab      Sumber :

Nasyid of Islam

     Nasyid adalah lagu yang tertuju untuk islam,nasyid juga merupakan dari syiar islam yang sudah banyak ditinggalkan oleh banyak kalangan umat islam,
ada beberapa pencetus-pencentus nasyid yang mampu membentamg kalangan negara-negara dunia yaitu seperti zaien bekha,native dien,dll.
adapun nasyid yang banyak terkenal dinegara indonesia untuk nasyid itu dari kalangan negara malaysia seperti Raihan,Shurotul harokah,the fikr,izzis,dll.
namun tak kalah juga dari nasyid-nasyid lokal yang tak kalah bagus nya seperti justice voice,opic,snada,dll 

- Copyright © nasyid of islam - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -